Rabu, 30 April 2014

Tak Seperti Yang Ku Harapkan

1 comment



Panasnya terik matahari bukanlah hal yang menghalangiku untuk berangkat sekolah. Tepat pukul 06.30 WIB kukayuh sepedaku sekencang mungkin untuk segera sampai ke sekolah. Namaku Zahwa, kini usiaku 17 tahun. Aku tinggal bersama umi, seorang penjual kue bronis, abiku meninggal sebab terkena penyakit Leokimia, semenjak abi mengidap penyakit itu perusahaan abi di pegang oleh karyawan kepercayaanya, tapi apalah daya orang yang begitu di percayai malah menghianati abi begitu saja, hingga akhirnya perusahaan menjadi bangkrut.
Rumah mewah yang kutempati bersama abi dan umi harus dijual untuk membayar seluruh kerugian perusahaan, hingga akhirnya kini aku menempati rumah kontrakan yang awalnya begitu sempit bagiku. Waktu terus berputar, hari terus berganti keadaan abi bukanlah malah membaik tapi semakin memburuk kami pun tidak memiliki biaya untuk pengobatannya hingga akhirnya kematian menjemputnya.
Teng.... Teng... Teng.... bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi.
“Untung saja tidak terlambat” batinku.
Aku langsung menuju kelasku, kelas XII.IPA 1. Pelajaran jam pertama adalah B.Inggris  yeees.. B.inggris pelajaran favoritku J. Aku duduk sebangku dengan  Chika dia adalah anak Pak Irwan dan Bu Irma, beliau adalah teman kerja abi dulu dan hubungan keluargaku dengan keluarga Chika begitu dekat.Sosoknya yang cantik tapi manja, periang tapi malas dan sifatnya yang terlalu memilih.
“Good Morning Student..”Said  miss.Ami.
“Good morning miss.”
“How are you today? “Said miss.Ami.
“Fine...”
“Oky.. open your book page 25.”
Waktu terus berputar hingga bel tanda istirahat berdering. Teng..Teng...Teng... Para siswa berhamburan keluar dari kelas,ada yang kekantin ada yang nongkrong di koridor depan kelas.
“Zahwa, ke kantin yuk.” Ajak Chika.
“Nggak ah Chik, aku di sini saja.”
“Oh ya.. gimana kabar umi kamu ?”
“Alhamdulillah sehat Chik, Tante Irma gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah sehat, oh ya mama tadi nitip salam buat bu Amel.”
“Oh..ya nanti aku sampein ke umi.”
“Assalamu’alaikum..lagi ngomongin apa ini kok kelihatan serius banget? “Tanya Haikal.
Dia adalah anaknya Abah Afzal  dan Umi Nadja. Beliau adalah ustad ngajiku di masjid An-nur, sekaligus teman dekat abiku .Usia haikal sama seperti usiaku,tapi kita berbeda kelas. Dia yang pintar, kalem, mudah bergaul dan pemikiran agama yang begitu kental.
“Wa’alaikumussalam.. ih.. pengen tau aja kamu kal.”Jawab Chika.
“Hehe.. Oh ya nanti sore pengajiannya libur.”
“Loh.. kenapa Libur?.” Tanyaku.
“Abah nanti sore ke Surabaya,jadinya pengajiannya di liburkan.”
“yeyey libur.. Nanti sore bisa ke mall.” Gumam Chika.
“Aduh Chika, kamu ini paling seneng kalo dengar kata libur.” Gurau Haikal.
“Eh..Eh.. kok pada serius banget.. ngomongin gue ya..” Sahut Dirga dari depan pintu.
“Idiih Gr banget kamu Dir.. siapa juga yang ngomongin kamu” Kata Chika.
Dirga. Sahabatku sejak kecil. Sosoknya yang pintar dan sopan. Tak ada sedikitpun kesombongan yang ada pada dirinya. Dia satu kelas dengan haikal.
“Kal kamu udah kelar belom tugas B.Indonesia mu?.” Tanya Dirga.
“Udah dir kamu sendiri gimana?.”
“Duh.. gua semalem sehabis diajak mama ke rumah tante, langsung tidur kecape’an gua, jadi belom sempat ngerjain tugasnya.”
“Loh kamu kok aneh si dir, tugas belum kelar bukannya di kerjakan eh.. malah ikut kita nimbrung...”Sahutku.
“Heheh.... abisnya aku kangen sama kamu wa.”Gurau Dirga.
Haikal dan Chika pun tertawa, walaupun sebenarnya di dalam hati haikal terdapan sedikit rasa kecewa, karena sebenarnya dia memiliki rasa suka kepada zahwa.
“Yuk balik ke kelas ga, kamu kan belum ngerjain PR.mu.”
“Dah dulu ya wa.. chik gua dan haikal balik ke kelas dulu.”
“Okey..”
Teng.. teng.. teng.. bel waktu pelajaran pun berbunyi, para siswa pun satu persatu mulai memasuki kelasnya masing- masing.
“Teman- teman hari ini Pak. Bayu tidak bisa mengajar, dikarenakan istrinya melahirkan, dan ini ada tugas mencatat, wa.. kamu yang nulisin di papan ya.” Kata Irfan ketua kelasku.
“Oh.. iya fan.”
Aku pun melangkah menuju papan tulis, menulis catatan yang diberi pak.Bayu, waktu terus berjalan, detik berubah menjadi menit, dan menit berubah menjadi jam. Teng..teng.. teng.. bel tanda pulang berbunyi.
“Wa ikut aku ke mall yuk.. aku lagi pengen beli baju baru.”
“Maaf chik.. lain kali aja ya.. hari ini aku mau bantuin umi nganterin kue bronis.”
“Hem.. oke deh, lain kali mau ya kalau aku ajak.”
“Insya allah
J.”
Terkadang aku merasa iri dengan chika, kehidupannya yang begitu kecukupan, minta ini oke, pengen ini oke,pulang pergi selalu antar jemput. Walaupun aku dulu juga merasakan seperti apa yang dirasakan chika, tapi sekarang... yang kurasakan hanyalah kesengsaraan. Astaghfirullah.. kenapa aku berfikir seperti itu.. maafkanlah hambamu ini ya Allah.
“Wa.. kapan- kapan blajar bareng yuk.. 3 bulan lagi kita UN loh..”Kata haikal dari belakang.
“InsyaAllah kal.”
Aku dan haikal selalu pulang bersama karena arah menuju rumah kontrakanku dengan rumahnya searah. Kami pun berbincang- bincang dengan mengayuh sepeda masing- masing, tak terasa hingga haikalpun berhenti di pertigaan menuju rumahnya.
“Aku duluan ya wa, assalamu’alaikum.”
“Iya kal, wa’alaikumussalam.”
Kukayuh sepedaku secepat mungkin menuju rumah.
“Assalamu’alaikum..” ucapku dengan menghampiri umi dan mencium tangannya.
“Wa’alaikumussalam.. eh.. zahwa, gimana sekolahnya hari ini nak?.”
“Alhamdulillah mi.. Oh ya mi 3 bulan lagi zahwa UN.”
“Hem.. kalau gitu belajarnya zahwa harus di tingkatin lagi nak.”
“Iya mi, tapi kira-kira berapa banyak biaya yang diperlukan ya mi?.”
“Masalah biaya itu bisa di fikirkan nanti nak, yang penting tugas kamu sekarang adalah belajar dengan sungguh- sungguh.”
“Iya mi... oh ya umi dapat salam dari tante irma.”
“iya.. oh ya wa sudah lumayan lama ya kita tidak silaturahim ke rumah beliau.”
“Iya ya mi, yaudah gimana kalau hari minggu besok.”
“Iya .. kalu ada waktu.”
“Kalu gitu zahwa ganti baju dulu, setelah itu makan dan nganterin pesanan kue.”
Aku pun berjalan menuju kamarku, mengganti pakaianku, mempersiapkan pelajaran untuk hari besok dan menuju dapur untuk makan siang.
“Tempe lagi.” Batinku.
Aku pun makan masakan yang sudah di persiapkan oleh umi, walau sebenarnya aku bosan dengan menu makanan itu. tapi aku tidak ingin menunjukkan sikap bosanku ke umi.
“Wa... ini tolong anterin kue bronisnya ke warung pak. Rahmat, dan jangan lupa minta uang hasil jualan kemaren Rp.50.000.”
“Iya mi.. zahwa berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.wr.wb.”
Akupun melangkah menuju warung pak rahmat. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Chika.
“Chik, mau kemana?, kok ndak pakek kerudung?.”
“Hehe.. mau ke rumahnya dirga, abisnya kalo pakek kerudung gerah wa.. panas- panas gini.”
“Astagfirullah.. kamu lupa pesan abah afzal, wanita intu harus menjaga auratnya sendiri chik..”
“Hehe iya deh lain kali aku pakek kerudung.”
Itulah kebiasaan chika, memakai kerudung hanya ketika sekolah dan menghadiri pengajian abah afzal, mamanya sering sekali mengingatkan tapi hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dia pernah berkata, “aku tidak akan memakai kerudung sebelum mendapat hidayah dari Allah.” Dan sejak SMA ini kuajak dia mengikuti pengajiannya abah afzal, awalnya dia menolak, namun akhirnya dia mau juga. Perlahan sikapnya mulai berubah, dia mulai rajin sholat, dan ketika kuajak keluar dia sudah mau mengenakan kerudung J.
“Yaudah kalau gitu duluan ya Chik.”Kataku.
“Okey Wa..”
Begitu panasnya sinar matahari siang hari ini, membuat penglihatanku menjadi gelap ketika sampai di warung pak. Rahmat.
“Assalamu’alaikum, pak ini kue bronisnya.”
“Wa’alaikumussalam, Owalah.. neng zahwa, taru situ aja neng, sama ini uang penjualan kemaren.”
“Makasih ya pak.. mari saya pulang dulu.”
“Iya, hati- hati neng.”
Adzan Ishak pun berkumandang, aku pun langsung menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, dan melaksanakan sholat. Selesai sholat, tiba- tiba hp ku berbunyi, tuuuut kubuka pesan itu.
“Dari dirga.” Gumamku.
   “Assalamu’alaikum wa. Lagi apa nih?”
   “Wa’alaikumussalam.. mau belajar dir.”
   “Eh wa, aku boleh nelfon kamu gak?.”
   “Maaf aku mau blajar.”
   “Sebentar aja wa..”
Sms itu sudah tidak aku balas lagi, aku pun membuka pelajaran untuk hari besok, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Aku pun mengakhiri belajarku dan beranjak menuju tempat tidurku, tapi sebelum itu ku lihat Hp ku terdapat 5 pesan.
Dari dirga:
 “Wa.. kok gak kamu balas?.”
 “Marah ya wa?.”
 “Wa...
L.”
 “Maaf ya wa kalau gua ngganggu kamu
J.”
Dari Haikal:
 “Wa kata abah besok sore pengajiannya masuk.”
 “Oky kal.”Jawabku.
“Belom tidur?.”
“Ini mau tidur.”
“Yaudah.. jangan lupa baca doa ya.. have a nice dream..
“Okey
J.”
Haikal tersenyum kegirangan ketika membaca sms dari zahwa, hatinya merasa begitu tenang ketika bersama zahwa. Tapi dia tidak ingin menunjukkan rasa sukanya kepada zahwa, dia berfikir biarkan dia dan Allah saja yang tau mengenai perasaanya itu.
****
Pagi di hari sabtu yang begitu sejuk, ku parkirkan sepedaku di tempat biasanya. Kutaruh tasku di atas meja.
“Eh, wa dengar- denger nanti edaran pemberitahuan mengenai pembayaran UN di kasih di jam istirahat.”
“Kira- kira habis berapa ya chik?.”
“Mungkin 1 juta ke atasan la wa..”
“Waw ...gimana ya.. dagangan umi akhir-akhir inikan sepi, biayanya UN mahal lagi.”Batinku.
“Hey..kok bengong?.”
“Hah.. gak papa kok chik.”
Bel tanda istirahat berbunyi, kali ini semua siswa kelas XII tidak ada yang keluar kelas, karena akan ada pemberitahuan mengenai biaya UN. Kali ini Bu.Santi yang bertugas memberi informasi mengenai administrasi tersebut.
“Assalamu’alaikum.wr.wb.”Ucap bu. Santi
“Wa’alaikumussalam.wr.wb.”
“Okey anak- anak.. ibu akan membagikan biaya yang harus segera kalian lunasi dalam 1 bulan kedepan.”
Bu. Santipun membagikan edaran tersebut satu persatu. Akupun segera membuka edaran tersebut dan ternyata “waw... Rp.1.500.000.”Ucapku pelan.
“Habis berapa kamu wa?.”Tanya chika.
“Rp.1.500.000 chik.. bingung aku mau dapat uang sebanyak itu dari mana?, kamu sendiri habis berapa chik?.”
“Rp.2.000.000 wa itu sama total SPP bulan depan, kamu enak wa cuman segitu karna selama ini kan kamu siswa yang berprestasi jadinya SPP kamu gratis terus, heheh.”
“Tapi chik dalam waktu 1 bulan ke depan dari mana aku bisa dapetin uang sebanyak itu?? Dagangan umi akhir-akhir ini lagi sepi chik.”Keluhku.
“Gimana kalau aku bantu setengahnya wa?.”Tawar chika.
“Tidak usah chik..makasih
J.”
Siang ini mama yang menjemputku, karena mang idar lagi cuti 1 minggu.”Ma.. hari ini ada pemberitahuan mengenai biaya UN, aku kasihan ma sama zahwa.”
“Emangnya kenapa chik?.”Tanya mama sambil menyalakan mesin mobil.
“Mama tau sendirikan gimana keadaan keluarga zahwa sekarang, nah 2 bulan kedepan kan kita udah UN ma, sedangkan biaya UN kan mahal ma... aku ingin sekali membantu zahwa ma.. tapi mama tau sendirikan gimana zahwa, dia gak bakalan mau menerima pemberian uang secara cuma-Cuma, sedangkan biaya UN sudah harus di lunasi bulan depan.” Jelasku pada mama.
“Em.. gimana kalau kita tawarin ngajar les adekmu, nanti gajinya biar mama yang atur.”
“Okey lah ma, biar nanti chika tanyakan dulu ke zahwa, makasih ya ma..”
“Iya sayang
J.”
            Mobil pun berhenti di depan rumah, aku pun turun dan masuk menuju kamar, kurebahkan tubuhku di atas kasur kuraih Hp ku dan ku kirim pesan ke zahwa.”Wa aku ada tawaran pekerjaan ni kamu mau gak?”. 5 menit kemudian, zahwa membalas pesanku.
“Pekerjaan apa chik?.”
“Kamu kan lagi butuh uang kan untuk biaya UN, lah mamaku nawarin gimana kalau kamu ngajarin les adekku farel?”.
“Dengan senang hati aku menerima tawaran itu chik
J, makasih ya..”
“Oky.. kalau gitu besok datang kerumahku jam 10.00.”
“Iya...”
            Hatiku merasa lega ketika zahwa mau menerima tawaran itu, setidaknya aku bisa membantu meringankan bebannya sedikit, karna abah afzal pernah bilang di waktu pengajian sore kemaren bahwa sesama muslim kita harus saling tolong menolong, dan karna zahwalah aku sudah mengalami perubahan yang mengarah ke positif, mulai dari pakek kerudung ketika keluar ama zahwa, sholatku sudah banyak yang tidak bolong lagi, makasih ya wa.. berkat kamu aku bisa berubah menjadi lebih baik.
***
Satu bulan telah berlalu, dan kini uangku sudah terkumpul lumayan lah untuk membayar biaya UN, itu semua dari tabungan harianku  sebanyak Rp.500.000, gaji dari mamanya chika Rp.500.000, dan sisa kekurangannya aku berinisiatif untuk menjual Hp hadiah dari abi.
Aneh, akhir- akhir ini tubuhku mulai sering merasa capek,muka pucat, kepala pusing yang berlebihan, Chika juga menyadari akan perubahan yang ada pada diriku, berulang kali dia mengajakku untuk memeriksakan ,tapi aku selalu menolak, hingga suatu kejadian yang membuatku tidak bisa menolak lagi ketika diajak periksa.
“Wa.. muka kamu kok pucat sekali?.”
“Ah.. gak papa kok chik ini mungkin karena aku kecape’an.”Jawabku singkat.
Aku berjalan sambil menahan rasa pusing yang ada di kepalaku ini, dan tanpa kusadari ketika aku bangun ternyata, aku sudah ada di rumah sakit
“Alhamdulillah... akhirnya kamu sudah sadar wa..”
“Aku dimana chik?.”
“Kamu..kamu.. tadi pingsan wa, makannya aku bawa kamu ke rumah sakit.”Jawab chika sambil menangis.
“Loh.. kamu kok menangis?? Emangnya aku sakit apa?.”
“Leokimia wa...hiks..hiks..”Chika terus menangis .
“Apa.. ya allah..Astaghfirullah... aku mohon kamu jangan bilang ke umi chik.”
“Tapi wa..”
“Tolong chik.. kali ini aku sangat meminta bantuanmu, aku tidak ingin umi sedih ketika mendengar kabar ini, biarkan ini menjadi rahasia kita saja.”
“Tapi wa.. lama kelama’an umi kamu kan juga bakalan tau.”
“Ayo lah chik...”Pinta zahwa pada chika.
“Baiklah kalau itu mau kamu.”
“Makasih ya chik.. kamu memang sahabatku yang paling baik
J.”
“Iya..”
****
Hari terus berganti, keadaanku bukanlah membaik, tapi malah sebaliknya, umi terlihat begitu cemas melihat keadaanku yang sekarang, berulang kali umi mengajakku untuk kerumah sakit tapi selalu ku tolak. Hingga pada hari ini tubuhku sudah terkulai lemas di atas kasur. Aku sudah tidak bisa berbuat apa- apa.
“Zahwa.. ayo lah nak kita ke rumah sakit.”
“Tidak usah mi.. zahwa merasa umur zahwa sudah tidak akan lama lagi, umi tidak usah repot- repot bawa zahwa ke rumah sakit.”
Tiba- tiba terdengar suara ketukan pintu.” Bentar ya nak umi ke depan dulu sepertinya ada tamu.”
“Chika, Dirga,Haikal, mari masuk nak zahwa ada di dalam.”
Merekapun berjalan menuju kamar zahwa.”Astagfirullah.. zahwa..hiks.hiks..hiks.”Kata Chika sambil menangis.
“Ya Allah zahwa.. kamu ini sakit apa?.”sahut haikal dengan nada pelan.
“Zahwa...”Ucap dirga.
“Maafin zahwa ya mi, chik, kal,dir, kalu selama ini zahwa selalu ngesusahin kalian.”Ucapku dengan suara tersendat-sendat.
“Kamu ini ngomong apa sih wa.. kamu itu gak pernah nyusahin kita-kita.”
“Kal.. tolong tuntun aku mengucapkan kalimat Syahadat aku sudah tidak kuat lagi.”Pintaku pada haikal.
Haikal pun membantu zahwa mengucapkan kalimat syahadat, hingga akhirnya zahwa menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang yang ada di rumah itu menangis.
“Tante.. maafin chika tante, sebenarnya selama ini chika sudah tau kalau zahwa terkena penyakit leokimia, tapi zahwa tidak berani bilang ke tante soalnya zahwa melarang chika untuk memberi tahu tentang hal itu kepada siapapun.”Kata chika sambil menangis.
“Tidak apa- apa chik ini juga kesalahan tante, kenapa selama zahwa sakit tante tidak segera membawanya ke rumah sakit.”
“Sudah lah tante.. chika kita tidak boleh saling menyalahkan diri, nasi telah menjadi bubur, dan ini semua sudah di takdirkan oleh Allah, kita do’akan saja semoga zahwa diterima disisi allah.”Tutur haikal.
“Maafin gua ya wa...”Sahut dirga.



TDE END :(

1 komentar: