Sabtu, 12 September 2015

HAPPY ENDING

Leave a Comment
Kring... kring.. kring..., huaah...... tanganku berusaha mengambil jam beker tersebut.
“jam 03.00 WIB, batinku”. Aku pun langsung berdiri menuju kamar mandi untuk  berwudhu dan melaksanakan sholad malam.Inilah kebiasaan ku di rumah setiap malam, setelah ku lipat mukenahku, aku mulai membuka pelajaran untuk sekolah nanti. Namaku Diandra, ada yang memanggilku andra, dian, terserah lah yang penting mama dan papa memanggilku diandra. Aku adalah anak sematang wayang mereka, setiap yang ku inginkan selalu terpenuhi.
*****
“Ma diandra berangkat dulu” kataku sambil mencium tangan mama dan papa.”
“Hati-hati sayang.”
Sahut mama dan papa
          Aku berangkat menggunakan mobil hadiah pemberian dari papa waktu ulang tahunku yang ke 16 tahun. Eiits tapi bukan aku yang mengemudikan melainkan mang ujang supir pribadiku.
“Mang agak cepat sedikit ya.”
“Iya non.” Jawab mang Ujang sopir pribadiku yang setia menemaniku.
Mobil melaju dengan cepat,ku putar musik kesukaanku sembari menikmati perjalanan menuju sekolah, hanya membutuhkan 15 menit aku sudah tiba di sekolah. Sesampai di sekolah ku lepas jilbabku, yah inilah kebiasaanku, karena aku memakainya hanyalah atas dasar paksaan dari mama.
Hari ini waktunya Kimia, yah.. Pak.Rahmat guru yang selalu memujiku karena kepintaranku. Setiap ulangan aku selalu mendapat nilai 100 kalian tau, mama dan papa sangat bangga akan hal itu J.
“Selamat pagi anak-anak..”
“Pagi pak.”
“Okey..kalian semua hari ini kedatangan teman baru, namanya Justin, ayo Justin perkenalkan namamu kepada teman-teman mu.” Pinta pak Rahmat.
“Hai.. namaku Abdiel Justin Gilbert, kalian bisa manggil aku Justin.”
“Oke justin kamu bisa duduk di samping Aldo.”
“Baik pak.”Jawab Justin.
          Justin pun berjalan menuju tempat duduk yang dimaksud pak rahmat, yang dimana bangku itu juga bersebelahan dengan tempat duduku. Dari penampilannya tuh anak oke juga, putih,tinggi.
          Tak terasa jam pelajaran pak rahmatpun selesai dan kini berganti dengan pelajaran yang gue benci setengah mati,”KEAGAMAAN” dan bukan cuman gue aja tapi teman gue selly dan biangka juga membencinya.
“Assalamu’alaikum.wr.wb.”Ucap bu Dina.
“Wa’alaikumussalm.wr.wb.”Ucap anak-anak.
“Oke anak-anak silakan dibuka bukunya bab 3, kali ini pembahasan mengenai pentingnya menjaga aurat. Baiklah anak-anak perlu kita ketahui betapa pentingnya menjaga aurat untuk kita semua.”
          Di sela bu dian memberikan penjelasan mengenai pentingnya menjaga aurat, tiba-tiba selly mengajaku untuk meminta izin ke toilet.
“Ndra yuk anterin gue ke toilet.”Pinta Shelly.
“Bu Dina baru saja masuk, masak kita sudah izin shell?.”Jawabku.
“Udahlah ayo telingaku udah panas dengerin tu guru berkoar-koar.”
“Yaudah kalau gitu loe yang izin.”
“Beres.”
          Shelly pun berjalan mendekati bu dina untuk meminta izin. Setelah berbincang 3 menit bu dina pun memberikan izin. Shelly pun langsung menarik tanganku,bukannya menuju ke toilet malah menuju ke kantin.
“Loh sell kok ke kantin.”
“Ayo lah.. temani gue, gue jenuh banget ma tu plajaran.”
“Yaudah… eh aku sih sebenarnya juga penasaran sama tu materi.. abisnya kenapa sih mama tu kekeh banget nyuru aku buat pakek jilbab, sedangkan papa sih biasa aja kalau gak suka di lepas aja diandra, ayah malah berucap gitu.”
“Yah kalau gue sih lebih setuju ma papalo ndra.. ngapain sih pakek jilbab gerah tauk.”
          Di selang perbincanganku bersama Shelly tiba-tiba biangka datang menghampiri.
“Tuh kan benar firasat gue kalian nongkrong di sini.” Kata biangka.
“Hehehe, mau dimana lagi.”Jawab Shelly
          Sedangkan di dalam kelas Justin merasa sebuah keganjalan kenapa anak-anak yang izin tadi belom kembali-kembali.
“Eh do, tiga anak yang izin tadi kok gak balik-balik ya?.”Tanya Justin.
“Ah.. udah biasa tin mereka seperti itu setiap pelajaran keagamaan, mereka selalu izin, dan kembali setelah jam masuk sesudah istirahat.”
“Loh kok gitu?.”
“Ya… aku juga kurang begitu tau.. tapi mereka bertiga selalu begitu, Diandra yang putih,tinggi,rambutnya panjang tadi, setiap berangkat sekolah keluar dari rumah pakai jilbab, tapi nanti kalau sudah sampai di sekolah tu jilbab di lepas,padahal mamanya selalu pakai jilbab kalau keluar rumah,kalau Shelly yang rambutnya sebahu,kulitnya sawo matang, sama si biangka yang tinggi, putih, tapi hidungnya mancung kedalam itu emang mereka tidak pakai jilbab.”
“Loh..kamu kok bisa tau kalau mereka seperti itu.”Ucap Justin.
“Akukan tetanggahan sama Diandra, jadinya aku tau lah, lagian aku juga udah lama berteman sama selly dan juga biangka.”
“Oh..begitu.”
          Kring…Kring..Kring.. bel tanda istirahat berbunyi, semua murid-murid berhamburan keluar. Terkecuali Justin yang masih di dalam kelas.
“Eh koleksi jilbabku tambah banyak loh..mama setiap seminggu sekali selalu membelikanku jilbab model keluaran terbaru.”Kataku sambil berjalan memasuki kelas.
“Aku jadi kamu mah ogah banget pakek begituan.”Sambung biangka.
“Eh ada Justin.”Kata Selly.
“Iya.” Jawab justin singkat
          Sedingin itulah sikap justin, hingga membuatku heran baru kali ini ada cowok yang cuekin aku,selly sama biangka.Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa sekolah akan diliburkan selama 2 hari. Akupun langsung mengambil tas dan menghampiri mang Ujang di tempat parkir.
“Loh non diandra kok udah bawa tas?.”Tanya mang ujang.
“Sekolah libur 2 hari, mang anterin saya ke tokoh sepatu ya mang.”Pintaku.
“Aduh.. maaf non.. tadi saya dapat pesan dari mamanya non, katanya kalau sudah pulang sekolah langsung di suruh bawa non ke tempat Panti asuhan biasanya.”Jelas mang ujang.
“Yaudah deh mang kalo itu permintaan mama.”
          Akupun langsung masuk kedalam mobil dan mengenakan jilbabku kembali.
“Non itu cantik banget kalau pakek jilbab, kenapa dilepas jilbabnya kalau di sekolah?.”Tanya mang ujang.
“Gerah mang.”Jawabku singkat.
          Sesampai di panti asuhan Heavan, kulangkahkan kakiku mendekati mama dan tante Ana yang mengurus panti asuhan ini.
“Ma.tante..”Sapaku kepada mama dan tante Ana.
“Eh..diandra kok sudah pulang?”Tanya tante Ana.
“Iya tante.”
“Diandra ini kenalin anaknya tante Ana namanya Verrell.” Jelas mama.
“Verrell.”Ucap dia sambil membungkukkan badannya.
“Diandra.”Ucapku singkat.
          Verrell, dia anak tante Ana yang sekolah di pesantren, keliatan banget dari penampilannya memakai baju koko, dan lebih sering nundukan pandangannya ketika gue lihat.
“Udah sana kalian berbincang-bincang gih.”Pinta tante astrid.
          Akupun berbincang-bincang dengan verrell, ternyata asyik juga di ajak ngobrol, dan akhirnya kami pun bertukar nomor telefon. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 mama pun mengajakku pulang.

          Sesampai dirumah aku langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhku diatas kasur. Tiba-tiba Hp ku berbunyi.
“Hai dra, lagi apa?.”Pesan dari Verrel.
“Lagi ngerebahin tubuh diatas kasur.”Balasku.
“Kamu tadi cantik banget ndra, besok kamu ada waktu gak, yok kita jalan-jalan.
          Hah ni anak katanya anak peantren, kok berani ngajak jalan aku ya, Sms.nya juga. Beda banget sikapnya ketika tadi di panti asuhan ketika ada tante Ana sama mama.
“Kayaknya gak ada, oke aku tunggu kamu besok jam 08.00 WIB di rumah ya.”Balasku.
*****

          Keesokan harinya sesuai kesepakatan kemaren Verrell menjemputku. Setiba di taman kulepas jilbabku lalu ku sisir rambut panjangku. Verrell tak henti-hentinya memandangku.
“Kamu cantik banget ndra kalau lagi lepas jilbab gini.”Ucap Verrel
          Akupun heran loh ni anak bukannya negur atau apa eh malah ngebiarin dan memberikan pujian.
“Ah biasa aja.”Jawabku singkat sembari memberikan senyuman semanis mungkin.
“Yuk kita pindah ke danau kayaknya disana pemandangannya lebih bagus.”
          Tanpa menunggu persetujuan dariku dia langsung berdiri dan menarik tanganku menuju ke danau. Akupun semakin terheran dengan tingkahnya, diakan anak pesantren kok berani pegang tanganku.
          Sesampai di danau aku malah lebih heran lagi dengan tingkah verrell, dia lebih sering memandangku tidak seperti kemaren sewaktu di panti asuhan dia lebih banyak menundukkan pandangannya, selain itu juga dia tidak melepaskan tanganku dari genggamannya.
“Kamu haus dra.”Tanya Verrell
“Iya haus banget.”
          Maaf rell aku bohongi kamu, lagian aku capek tanganku dari tadi kamu genggam terus.”batinku”
“Yaudah tunggu sini ya aku mau beli minum buat kamu.”
“Okey.”Jawabku singkat.
          Lebih dari 15 menit aku menunggu verrell namun dia tidak kembali-kembali.Akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya. Akupun lebih kaget lagi ketika  melihat dia menghisap rokok.
“Rell kamu ngrokok?”Tanyaku.
“Iya.”Jawabnya singkat.
*****

          Setiba dirumah akupun masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi.
“Dari mana Diandra?.”Tanya mama.
“Abis keluar sama verrell.”
          Malam harinya tak sengaja aku mendengar percakapan antara mama dan papa.
“Pa.. mama pengen kita jodohin Diandra sama verrell, keliatannya mereka cocok, dan Ana juga pengennya gitu.”
“Tapi ma kita juga harus meminta persetujuan dulu dari Diandra apakah dia mau atau tidak.”
“Mama sih yakinnya diandra mau soalnya dia tadi abis keluar bareng sama verrel.”
“Kita bahas besok lagi deh ma.. papa ngantuk.”
*****

          Ke esokan harinya mama mengajakku menghadiri pengajian di masjid Al-huda. Sebenarnya aku sih ogah-ogahan tapi gimana lagi mama memaksa.
          Ternyata di masjid Al-huda ada tante astrid, Verrell dan juga…. Justin.
“Hah justin.. ngapain dia disini.” Gumamku.
          Di pengajian itu Abah haikal menjelaskan betapa pentingnya menjaga aurat, aku tersentuh dengan materi yang di sampaikan abah haikal, sempat terbesit niatan  pada diriku untuk memakai jilbab secara permane, tapi aku juga berfikir bagaimana nanti selly dan biangka pasti mereka akan menjauhiku.
          1 jam telah berlalu ahirnya pengajian itu selesai. Ketika aku berada di serambi masjid tanpa sengaja aku berpapasan dengan Justin.Kami pun berbincang bincang mengenai materi yang dibahas abah Haikal tadi, hingga akhirnya kita bertukar nomor.
          Semenjak bertukar nomor dengan Justin kita jadi lebih sering sharing tentang pelajaran, justin lebih sering bertanya mengenai pelajaran exsak dan dia juga memberikan penjelasan-penjelasan mengenai keagamaa ke aku.
          Lain halnya dengan Verrel dia selalu menghubungiku yang menurutku itu hal-hal yang tidak penting dia tanyakan, mengajakku jalan,memberikan rayuan-rayuan, sedangkan justin mengirim pesan untuk mengingatkan ketika waktu sholad, dan menelfonku jam 03.00 WIB hanya untuk membangunkanku untuk sholad malam.
          Hingga akhirnya hari ini aku memutuskan untuk memulai mengenakan jilbab secara permanen.
“Eh.. ndra kamu baik-baik aja kan.?”Tanyya selly.
“Iya aku baik-baik aja.”
“Jangan-jangan kamu udah mutusin pakai jilbap ini secara permanen .”Tanya Biangka sambil memegang jilbab sekolahku.
          Mereka berduapun mulai menjauhiku, awalnya aku merasa kesepian, tapi aku harus konsisten dengan apa yang aku pilih ini.
*****
          Setiba di rumah aku di kagetkan dengan keramain orang yang ada di rumah.
“Mah.. ini ada apa kok banyak orang di rumah.”
“Eh..diandra sudah pulang sayang, ayok ikut mama ke kamar.”
          Aku semakin di buat heran ini ada apa sih, bunga-bunga besar ditata dengan rapi. Setiba  di kamar mama.
“Ini sayang kamu pilih baju mana yang kamu suka.”
“Wiih bagus-bagus ma semuanya tapi diandra lebih suka yang warna biru ini.”
“Yaudah sekarang kamu istirahat, nati malam kamu pakai baju itu ya sayang.”
          Aku semakin heran, nanti malam disuruh memakai baju pemberian mama. Aku pun bertanya kepada Tante ana yang kebetulan ada di ruang tamu.
“Tante ini ada apa sih kok ada bunga-bunga, para pembantu nyiapin banyak makanan.”
“Loh diandra belom tau ya, nanti malam kan acara pertunangan diandra.”
“Pertunangan tante?.”
“Iya sayang..”
          Aku pun berlari menuju kamar, yang ku rasa sekarang hanyalah kebingungan, cobaan apa lagi kali ini tuhan.. kedua temanku sudah menjauh dan nanti malam aku di tunangkan. Yang ada di fikiranku sekarang hanyalah Verrell, jangan-jangan aku di tunangin sama verrell. Oh noooooooo.
*****

“Loh sayang..kok belum siap-siap, tamu-tamu sudah berdatangan diandra.”
“Ma..kenapa mama sama papa mengambil keputusan tanpa persetujuan dari diandra?.”Tanyaku .
“Jangan nangis sayang, papa sama mama ngelakuin ini juga demi kebaikan kamu.” Jelas mama sambil memeluku.
          Dengan terpaksa akupun menggunakan baju yang kupilih tadi siang dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu bersama mama.
          Kakiku semakin sulit untuk bergerak ketika terlihat Verrell berdiri di samping papa.
“Tuhan.. bagaimana bisa aku bertunangan dengan verrell.”Gumamku dalam hati.
          Air mataku semakin bercucuran.
“Sayang..kenapa nangis?.”Tanya papa
          Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan papa, Pembawa acara menyuruh ayah dan aku menuju ke depan tempat acara utama, bersamaan itu pula abah haikal berjalan.
“Loh abah haikal.”gumamku dalam hati.
          Bersama itu pula Verrel berjalan dengan abah haikal.
“Loh bukannya Verrell anaknya om Bayu, tapi dia kok bersam abah haikal?”Gumamku dalam hati.
“Eh.. justin ayo berdiri.”Ucap verrell.
“Loh ada verrell ada justin.” Aku semakin bingung.
          Pembawa acara meminta agar melakukan acara pertukaran cincin. Verrell membukaa kotak cincin pertunangan dan ternyata yang memakaikan cinncin di jari manisku adalah Justin, verrell hanyalah membantu mebawakan cincin pertunanganku dengan justin.
          Sekarang rasa sedih, khawatir, kini berubah menjadi kebahagiaan yang membuat kenyamanan dalam hati.
“Pa..yang bertunangan sama diandra kok justin bukan verrell.” Tanyaku pada papa.
“Kenapa sayang, diandra menyesal?.” Tanya papa.
“Bukan pa, tapi sebelumnya diandra mendengar percakapan papa sama mama mengenai pertunangan diandra dengan verrell.”
“Papa mengerti mana yang terbaik buat anak papa, sebelumnya papa menyuruh asisten papa untuk menyelidiki kamu ketika dekat sama verrell, maupun dengan justin, jadi papa sudah tau semua bagaimana sikap verrell maupun justin.”Jelas papa.
“Lantas papa kok bisa langsung menjodohkan diandra dengan Justin?.”
“Karena papa sebenarnya berteman dengan ayahnya justin mulai kecil, dan kami sudah berjanji akan menjodohkan anak kita sebelum mereka lulus SMA. Selain itu Justin telah merubahmu.” Jelas papa.
“Terima kasih pa.”ucapku sembari memeluk papa.
“Sudah sana temui Justin.”Pinta papa.
          Akupun berjalan menuju jastin.
“Ih.. tukang nangis jelek tauk.”Ledek jastin.
“Apaan sih tega kamu justin, siapa cobak yang gak takut tiba-tiba di jodohin.”
“Nyesel ni ceritanya?.”
“Endak kok.”Jawabku sembari tersenyum
“Hahaha, gimana sudah nyaman sekarang dengan keputusan yang kamu ambil?.”
“Awalnya aku merasa panas ketika menggunakan jilbab tapi setelah aku memulainya dari kemauanku sendiri kini yang aku peroleh kenyamananJ.”
“Nah itulah alasan kenapa selama ini papa kamu tidak pernah memaksamu memakai jilbab, beliau takut nanti kalau di paksakan kamu bakalan brontak seperti verrell.”
“Kamu kok tau tentang verrell?.”
“Iya dong apa sih yang gak Justin tau.” Jawabnya sembari menjulurkan lidah dan berlari.”
“Eh… justin.. awas ya kamu”. Teriakku sambil mengejarnya

THE END J

0 komentar:

Posting Komentar