Kring...
kring.. kring..., huaah...... tanganku berusaha mengambil jam beker tersebut.
“jam
03.00 WIB, batinku”. Aku pun langsung berdiri menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholad malam.Inilah
kebiasaan ku di rumah setiap malam, setelah ku lipat mukenahku, aku mulai
membuka pelajaran untuk sekolah nanti. Namaku Diandra, ada yang memanggilku
andra, dian, terserah lah yang penting mama dan papa memanggilku diandra. Aku adalah anak sematang wayang
mereka, setiap yang ku inginkan selalu terpenuhi.
*****
“Ma
diandra berangkat dulu” kataku sambil mencium tangan mama dan papa.”
“Hati-hati sayang.”Sahut mama dan papa
“Hati-hati sayang.”Sahut mama dan papa
Aku berangkat menggunakan mobil hadiah
pemberian dari papa waktu ulang tahunku yang ke 16 tahun. Eiits
tapi bukan aku yang mengemudikan melainkan mang ujang supir pribadiku.
“Mang
agak cepat sedikit ya.”
“Iya
non.” Jawab mang Ujang
sopir pribadiku yang setia menemaniku.
Mobil
melaju dengan cepat,ku putar musik kesukaanku sembari menikmati perjalanan
menuju sekolah, hanya membutuhkan 15 menit aku sudah tiba di sekolah. Sesampai
di sekolah ku lepas jilbabku, yah inilah kebiasaanku, karena aku memakainya
hanyalah atas dasar paksaan dari mama.
Hari
ini waktunya Kimia, yah.. Pak.Rahmat guru yang selalu memujiku karena
kepintaranku. Setiap ulangan aku selalu mendapat nilai 100 kalian
tau, mama dan papa sangat bangga akan hal itu J.
“Selamat pagi anak-anak..”
“Pagi pak.”
“Okey..kalian semua hari ini kedatangan
teman baru, namanya Justin, ayo Justin perkenalkan namamu kepada teman-teman
mu.” Pinta pak Rahmat.
“Hai.. namaku Abdiel Justin Gilbert,
kalian bisa manggil aku Justin.”
“Oke justin kamu bisa duduk di
samping Aldo.”
“Baik pak.”Jawab Justin.
Justin
pun berjalan menuju tempat duduk yang dimaksud pak rahmat, yang dimana bangku itu
juga bersebelahan dengan tempat duduku. Dari penampilannya tuh anak oke juga,
putih,tinggi.
Tak
terasa jam pelajaran pak rahmatpun selesai dan kini berganti dengan pelajaran
yang gue benci setengah mati,”KEAGAMAAN” dan bukan cuman gue aja tapi teman gue
selly dan biangka juga membencinya.
“Assalamu’alaikum.wr.wb.”Ucap bu
Dina.
“Wa’alaikumussalm.wr.wb.”Ucap
anak-anak.
“Oke anak-anak silakan dibuka bukunya
bab 3, kali ini pembahasan mengenai pentingnya menjaga aurat. Baiklah anak-anak
perlu kita ketahui betapa pentingnya menjaga aurat untuk kita semua.”
Di
sela bu dian memberikan penjelasan mengenai pentingnya menjaga aurat, tiba-tiba
selly mengajaku untuk meminta izin ke toilet.
“Ndra yuk anterin gue ke
toilet.”Pinta Shelly.
“Bu Dina baru saja masuk, masak kita
sudah izin shell?.”Jawabku.
“Udahlah ayo telingaku udah panas
dengerin tu guru berkoar-koar.”
“Yaudah kalau gitu loe yang izin.”
“Beres.”
Shelly
pun berjalan mendekati bu dina untuk meminta izin. Setelah berbincang 3 menit
bu dina pun memberikan izin. Shelly pun langsung menarik tanganku,bukannya
menuju ke toilet malah menuju ke kantin.
“Loh sell kok ke kantin.”
“Ayo lah.. temani gue, gue jenuh
banget ma tu plajaran.”
“Yaudah… eh aku sih sebenarnya juga
penasaran sama tu materi.. abisnya kenapa sih mama tu kekeh banget nyuru aku
buat pakek jilbab, sedangkan papa sih biasa aja kalau gak suka di lepas aja
diandra, ayah malah berucap gitu.”
“Yah kalau gue sih lebih setuju ma
papalo ndra.. ngapain sih pakek jilbab gerah tauk.”
Di
selang perbincanganku bersama Shelly tiba-tiba biangka datang menghampiri.
“Tuh kan benar firasat gue kalian
nongkrong di sini.” Kata biangka.
“Hehehe, mau dimana lagi.”Jawab
Shelly
Sedangkan
di dalam kelas Justin merasa sebuah keganjalan kenapa anak-anak yang izin tadi
belom kembali-kembali.
“Eh do, tiga anak yang izin tadi kok
gak balik-balik ya?.”Tanya Justin.
“Ah.. udah biasa tin mereka seperti
itu setiap pelajaran keagamaan, mereka selalu izin, dan kembali setelah jam
masuk sesudah istirahat.”
“Loh kok gitu?.”
“Ya… aku juga kurang begitu tau..
tapi mereka bertiga selalu begitu, Diandra yang putih,tinggi,rambutnya panjang
tadi, setiap berangkat sekolah keluar dari rumah pakai jilbab, tapi nanti kalau
sudah sampai di sekolah tu jilbab di lepas,padahal mamanya selalu pakai jilbab
kalau keluar rumah,kalau Shelly yang rambutnya sebahu,kulitnya sawo matang,
sama si biangka yang tinggi, putih, tapi hidungnya mancung kedalam itu emang
mereka tidak pakai jilbab.”
“Loh..kamu kok bisa tau kalau mereka
seperti itu.”Ucap Justin.
“Akukan tetanggahan sama Diandra,
jadinya aku tau lah, lagian aku juga udah lama berteman sama selly dan juga
biangka.”
“Oh..begitu.”
Kring…Kring..Kring..
bel tanda istirahat berbunyi, semua murid-murid berhamburan keluar. Terkecuali
Justin yang masih di dalam kelas.
“Eh koleksi jilbabku tambah banyak
loh..mama setiap seminggu sekali selalu membelikanku jilbab model keluaran
terbaru.”Kataku sambil berjalan memasuki kelas.
“Aku jadi kamu mah ogah banget pakek
begituan.”Sambung biangka.
“Eh ada Justin.”Kata Selly.
“Iya.” Jawab justin singkat
Sedingin
itulah sikap justin, hingga membuatku heran baru kali ini ada cowok yang cuekin
aku,selly sama biangka.Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa sekolah akan
diliburkan selama 2 hari. Akupun langsung mengambil tas dan menghampiri mang
Ujang di tempat parkir.
“Loh non diandra kok udah bawa
tas?.”Tanya mang ujang.
“Sekolah libur 2 hari, mang anterin
saya ke tokoh sepatu ya mang.”Pintaku.
“Aduh.. maaf non.. tadi saya dapat
pesan dari mamanya non, katanya kalau sudah pulang sekolah langsung di suruh
bawa non ke tempat Panti asuhan biasanya.”Jelas mang ujang.
“Yaudah deh mang kalo itu permintaan
mama.”
Akupun
langsung masuk kedalam mobil dan mengenakan jilbabku kembali.
“Non itu cantik banget kalau pakek
jilbab, kenapa dilepas jilbabnya kalau di sekolah?.”Tanya mang ujang.
“Gerah mang.”Jawabku singkat.
Sesampai
di panti asuhan Heavan, kulangkahkan kakiku mendekati mama dan tante Ana yang
mengurus panti asuhan ini.
“Ma.tante..”Sapaku kepada mama dan
tante Ana.
“Eh..diandra kok sudah pulang?”Tanya
tante Ana.
“Iya tante.”
“Diandra ini kenalin anaknya tante Ana
namanya Verrell.” Jelas mama.
“Verrell.”Ucap dia sambil membungkukkan
badannya.
“Diandra.”Ucapku singkat.
Verrell,
dia anak tante Ana yang sekolah di pesantren, keliatan banget dari
penampilannya memakai baju koko, dan lebih sering nundukan pandangannya ketika
gue lihat.
“Udah sana kalian berbincang-bincang
gih.”Pinta tante astrid.
Akupun
berbincang-bincang dengan verrell, ternyata asyik juga di ajak ngobrol, dan
akhirnya kami pun bertukar nomor telefon. Tak terasa waktu sudah menunjukkan
pukul 15.00 mama pun mengajakku pulang.
Sesampai dirumah aku langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhku diatas kasur. Tiba-tiba Hp ku berbunyi.
“Hai dra, lagi apa?.”Pesan dari Verrel.
“Lagi ngerebahin tubuh diatas kasur.”Balasku.
“Kamu tadi cantik banget ndra, besok kamu ada waktu
gak, yok kita jalan-jalan.
Hah ni
anak katanya anak peantren, kok berani ngajak jalan aku ya, Sms.nya juga. Beda
banget sikapnya ketika tadi di panti asuhan ketika ada tante Ana sama mama.
“Kayaknya gak ada, oke aku tunggu kamu besok jam 08.00
WIB di rumah ya.”Balasku.
*****
Keesokan harinya sesuai kesepakatan kemaren Verrell menjemputku. Setiba di taman kulepas jilbabku lalu ku sisir rambut panjangku. Verrell tak henti-hentinya memandangku.
“Kamu cantik banget ndra kalau lagi lepas jilbab
gini.”Ucap Verrel
Akupun
heran loh ni anak bukannya negur atau apa eh malah ngebiarin dan memberikan
pujian.
“Ah biasa aja.”Jawabku singkat sembari memberikan
senyuman semanis mungkin.
“Yuk kita pindah ke danau kayaknya disana
pemandangannya lebih bagus.”
Tanpa
menunggu persetujuan dariku dia langsung berdiri dan menarik tanganku menuju ke
danau. Akupun semakin terheran dengan tingkahnya, diakan anak pesantren kok
berani pegang tanganku.
Sesampai
di danau aku malah lebih heran lagi dengan tingkah verrell, dia lebih sering
memandangku tidak seperti kemaren sewaktu di panti asuhan dia lebih banyak
menundukkan pandangannya, selain itu juga dia tidak melepaskan tanganku dari
genggamannya.
“Kamu haus dra.”Tanya Verrell
“Iya haus banget.”
Maaf
rell aku bohongi kamu, lagian aku capek tanganku dari tadi kamu genggam terus.”batinku”
“Yaudah tunggu sini ya aku mau beli minum buat kamu.”
“Okey.”Jawabku singkat.
Lebih
dari 15 menit aku menunggu verrell namun dia tidak kembali-kembali.Akhirnya aku
memutuskan untuk mencarinya. Akupun lebih kaget lagi ketika melihat dia menghisap rokok.
“Rell kamu ngrokok?”Tanyaku.
“Iya.”Jawabnya singkat.
*****
Setiba dirumah akupun masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi.
“Dari mana Diandra?.”Tanya mama.
“Abis keluar sama verrell.”
Malam
harinya tak sengaja aku mendengar percakapan antara mama dan papa.
“Pa.. mama pengen kita jodohin Diandra sama verrell,
keliatannya mereka cocok, dan Ana juga pengennya gitu.”
“Tapi ma kita juga harus meminta persetujuan dulu dari
Diandra apakah dia mau atau tidak.”
“Mama sih yakinnya diandra mau soalnya dia tadi abis
keluar bareng sama verrel.”
“Kita bahas besok lagi deh ma.. papa ngantuk.”
*****
Ke esokan harinya mama mengajakku menghadiri pengajian di masjid Al-huda. Sebenarnya aku sih ogah-ogahan tapi gimana lagi mama memaksa.
Ternyata
di masjid Al-huda ada tante astrid, Verrell dan juga…. Justin.
“Hah justin.. ngapain dia disini.” Gumamku.
Di
pengajian itu Abah haikal menjelaskan betapa pentingnya menjaga aurat, aku
tersentuh dengan materi yang di sampaikan abah haikal, sempat terbesit niatan pada diriku untuk memakai jilbab secara
permane, tapi aku juga berfikir bagaimana nanti selly dan biangka pasti mereka
akan menjauhiku.
1 jam
telah berlalu ahirnya pengajian itu selesai. Ketika aku berada di serambi
masjid tanpa sengaja aku berpapasan dengan Justin.Kami pun berbincang bincang
mengenai materi yang dibahas abah Haikal tadi, hingga akhirnya kita bertukar
nomor.
Semenjak
bertukar nomor dengan Justin kita jadi lebih sering sharing tentang pelajaran,
justin lebih sering bertanya mengenai pelajaran exsak dan dia juga memberikan
penjelasan-penjelasan mengenai keagamaa ke aku.
Lain
halnya dengan Verrel dia selalu menghubungiku yang menurutku itu hal-hal yang
tidak penting dia tanyakan, mengajakku jalan,memberikan rayuan-rayuan,
sedangkan justin mengirim pesan untuk mengingatkan ketika waktu sholad, dan
menelfonku jam 03.00 WIB hanya untuk membangunkanku untuk sholad malam.
Hingga
akhirnya hari ini aku memutuskan untuk memulai mengenakan jilbab secara
permanen.
“Eh.. ndra kamu baik-baik aja kan.?”Tanyya selly.
“Iya aku baik-baik aja.”
“Jangan-jangan kamu udah mutusin pakai jilbap ini
secara permanen .”Tanya Biangka sambil memegang jilbab sekolahku.
Mereka
berduapun mulai menjauhiku, awalnya aku merasa kesepian, tapi aku harus
konsisten dengan apa yang aku pilih ini.
*****
Setiba
di rumah aku di kagetkan dengan keramain orang yang ada di rumah.
“Mah.. ini ada apa kok banyak orang di rumah.”
“Eh..diandra sudah pulang sayang, ayok ikut mama ke
kamar.”
Aku
semakin di buat heran ini ada apa sih, bunga-bunga besar ditata dengan rapi.
Setiba di kamar mama.
“Ini sayang kamu pilih baju mana yang kamu suka.”
“Wiih bagus-bagus ma semuanya tapi diandra lebih suka
yang warna biru ini.”
“Yaudah sekarang kamu istirahat, nati malam kamu pakai
baju itu ya sayang.”
Aku
semakin heran, nanti malam disuruh memakai baju pemberian mama. Aku pun bertanya
kepada Tante ana yang kebetulan ada di ruang tamu.
“Tante ini ada apa sih kok ada bunga-bunga, para
pembantu nyiapin banyak makanan.”
“Loh diandra belom tau ya, nanti malam kan acara
pertunangan diandra.”
“Pertunangan tante?.”
“Iya sayang..”
Aku pun
berlari menuju kamar, yang ku rasa sekarang hanyalah kebingungan, cobaan apa
lagi kali ini tuhan.. kedua temanku sudah menjauh dan nanti malam aku di
tunangkan. Yang ada di fikiranku sekarang hanyalah Verrell, jangan-jangan aku
di tunangin sama verrell. Oh noooooooo.
*****
“Loh sayang..kok belum siap-siap, tamu-tamu sudah berdatangan diandra.”
“Ma..kenapa mama sama papa mengambil keputusan tanpa
persetujuan dari diandra?.”Tanyaku .
“Jangan nangis sayang, papa sama mama ngelakuin ini
juga demi kebaikan kamu.” Jelas mama sambil memeluku.
Dengan
terpaksa akupun menggunakan baju yang kupilih tadi siang dan berjalan keluar
kamar menuju ruang tamu bersama mama.
Kakiku
semakin sulit untuk bergerak ketika terlihat Verrell berdiri di samping papa.
“Tuhan.. bagaimana bisa aku bertunangan dengan verrell.”Gumamku
dalam hati.
Air
mataku semakin bercucuran.
“Sayang..kenapa nangis?.”Tanya papa
Aku
hanya diam tidak menjawab pertanyaan papa, Pembawa acara menyuruh ayah dan aku
menuju ke depan tempat acara utama, bersamaan itu pula abah haikal berjalan.
“Loh abah haikal.”gumamku dalam hati.
Bersama
itu pula Verrel berjalan dengan abah haikal.
“Loh bukannya Verrell anaknya om Bayu, tapi dia kok
bersam abah haikal?”Gumamku dalam hati.
“Eh.. justin ayo berdiri.”Ucap verrell.
“Loh ada verrell ada justin.” Aku semakin bingung.
Pembawa
acara meminta agar melakukan acara pertukaran cincin. Verrell membukaa kotak
cincin pertunangan dan ternyata yang memakaikan cinncin di jari manisku adalah
Justin, verrell hanyalah membantu mebawakan cincin pertunanganku dengan justin.
Sekarang
rasa sedih, khawatir, kini berubah menjadi kebahagiaan yang membuat kenyamanan
dalam hati.
“Pa..yang bertunangan sama diandra kok justin bukan
verrell.” Tanyaku pada papa.
“Kenapa sayang, diandra menyesal?.” Tanya papa.
“Bukan pa, tapi sebelumnya diandra mendengar
percakapan papa sama mama mengenai pertunangan diandra dengan verrell.”
“Papa mengerti mana yang terbaik buat anak papa,
sebelumnya papa menyuruh asisten papa untuk menyelidiki kamu ketika dekat sama
verrell, maupun dengan justin, jadi papa sudah tau semua bagaimana sikap
verrell maupun justin.”Jelas papa.
“Lantas papa kok bisa langsung menjodohkan diandra
dengan Justin?.”
“Karena papa sebenarnya berteman dengan ayahnya justin
mulai kecil, dan kami sudah berjanji akan menjodohkan anak kita sebelum mereka
lulus SMA. Selain itu Justin telah merubahmu.” Jelas papa.
“Terima kasih pa.”ucapku sembari memeluk papa.
“Sudah sana temui Justin.”Pinta papa.
Akupun
berjalan menuju jastin.
“Ih.. tukang nangis jelek tauk.”Ledek jastin.
“Apaan sih tega kamu justin, siapa cobak yang gak
takut tiba-tiba di jodohin.”
“Nyesel ni ceritanya?.”
“Endak kok.”Jawabku sembari tersenyum
“Hahaha, gimana sudah nyaman sekarang dengan keputusan
yang kamu ambil?.”
“Awalnya aku merasa panas ketika menggunakan jilbab
tapi setelah aku memulainya dari kemauanku sendiri kini yang aku peroleh
kenyamananJ.”
“Nah itulah alasan kenapa selama ini papa kamu tidak
pernah memaksamu memakai jilbab, beliau takut nanti kalau di paksakan kamu bakalan
brontak seperti verrell.”
“Kamu kok tau tentang verrell?.”
“Iya dong apa sih yang gak Justin tau.” Jawabnya
sembari menjulurkan lidah dan berlari.”
“Eh… justin.. awas ya kamu”. Teriakku sambil
mengejarnya
THE END J
0 komentar:
Posting Komentar