Suatu hari ada sebuah keluarga yang
mempunyai 2 anak perempuan. Namanya adalah Iid dan Karina. Selisih umur mereka
hanya 2 tahun. Sekarang Iid duduk di kelas
3 SMA dan Karina duduk di kelas 1 SMA. Mereka sekolah di sekolah yang
sama.
Iid dan Karina memiliki kebiasaan
yang berbeda. Karina senang sekali belajar, dia sangat senang sekali membaca
buku. Pelajaran sekolah yang telah dikuasai adalah Bahasa Inggris. Selain itu
dia juga sangat senang dengan pelajaran eksak. Berbagai prestasi telah banyak
ia raih, mulai dari lomba tingkat kecamatan, kabuaten, propinsi, dan bahkan
tahun depan dia adalah salah satu dari lima anak Indonesia yang akan dikirim ke
Amerika untuk mengikuti olimpiade Matematika mewakili Indonesia. Orang tuanya
sangat bangga dengan prestasi yang diraih oleh Karina.
Berbeda dengan Iid. Belajar adalah
kegiatan yang paling tidak ia sukai. Apalagi pelajaran eksak. Ia lebih suka
mengoleksi novel dan membacanya. Suatu saat nanti dia punya cita-cita untuk
bisa menjadi penulis yang terkenal. Tapi sayangnya, ibunya tidak suka dengan
hoby dan cita-cita yang diimpikan oleh Iid. Sang Ibu ingin iid bisa seperti
adiknya yang bisa meraih berbagai prestasi yang membanggakan.
Suatu hari saat Iid sedang asyik
membaca novel, tiba-tiba sang Ibu menghampirinya.
Ibu : “Iid…!!!!! Kerjaanmu selalu baca
novel…!!! Novel ini nggak akan membuat kamu pintar, tapi hanya akan membuat
kamu bodoh. Sebaiknya kamu segera belajar…!!! (sambil melempar novel yang
digenggamnya).”
Iid :”Ibu apa-apaan sih..?!?! Inikan
novel Iid. Dan Iid berhak untuk membacanya. Lagian besok kan hari libur. Jadi apa salahnya kalau Iid baca novel ??”
Ibu :”Iid…!!!! sudah berani kamu melawan
Ibu..??? ingat..!! hari libur tidak untuk dijadikan alasan buat kamu untuk
tidak belajar.”
Iid :”Bu… kalau Iid belajar terus… bisa
pecah kepala Iid nanti…”
Ibu :”Sudahlah…. Kamu jangan cari alasan
terus..!! contohlah adikmu…!!!!! Meski libur, dia tetap belajar. Hasilnyapun
setiap tahun dia selalu jadi bintang kelas.”
Iid :”Ibu selalu menyamakan aku dengan
Karina..!! Karina ya Karina..!! Aku ya Aku..!! Iid dan Krina itu berbeda..!!!”
Ibu :”Apa bedanya kamu sama Karina..???
hah..???
Iid :”Berbeda bu….”
Ibu :”Apa kamu pikir dengan mengoleksi dan
membaca novel kamu bisa meraih prestasi seperti yang diraih adikmu???? Hah…??
Karina datang
menghamirinya.
Karina :”Ibu cukup.. udah.. nggak usah
dilanjutkan.. (menghadap kepada ibu) udah mbak.. tenang..
(menenangkan Iid)
Iid :”Apa kamu ikut ikut….!! Oh… Kamu
ingin menertawakan aku ya.?? Selamat ya.. kamu udah berhasil menjadi anak
kebanggaan ibu.”
Karina :”Mbak… Karina nggak pernah bermaksud
seperti itu. Tolonglah mbak jangan salah paham dulu.”
Iid :”Aarghh….. sudahlah… Lepaskan aku..!!”
(Iid masuk kamar dan membanting pintu)
Ayah yang baru
keluar dari kamar mandi dan melihat Iid membanting tulang merasa bingung.
Karina :”Bu…”
Ibu :”Hmmm…. Sudahlah biarkan saja mbakmu
yang pemalas itu…”
Ayah :”Kenapa lagi sih dengan Iid bu..?”
Ibu :”Iid itu lho yah, susah sekali di
kasih tahu..”
Ayah :”Memangnya susah kenapa sih bu?”
Ibu :”Iid itu lho yah, kerjaannya selalu
baca novel..”
Ayah :”Biarkan saja lah.. Lagian ini kan besok
hari libur, jadi biarkan dia santai-santai dulu.”
Ibu :”Tapi yah, sebentar lagi dia itu
ujian, dia nggak bisa bermalas-malasan…”
Ayah :”Justru itu bu… Sudahlah… biarkan dia
menenangkan pikirannya sejenak untuk persiapan menghadapi ujian-ujian. Lagian
dia kan sudah besar. Ayah yakin kok dia bisa mengatur waktunya sebaik mungkin.”
Ibu :”Ayah selalu belain anak pemalas
itu..ya sudahlah, ibu mau masak. Karina
kamu bantu ibu ya..!!”
Karina :”iya bu..”
Ayah :”Astaghfirullah..”
Kejadian seperti itu tak hanya
sesekali, tapi berali-kali. Di kamar Iid menangis dan meratapi kejadian yang
baru saja terjadi dengan ibunya. Dia membuka buku diarynya, dan menuliskan semua perasaannya di buku itu.
Sampai suatu ketika, ia berpikir untuk menulis sebuah buku tentang
kehidupannya.
Keesokan
harinya… di Sekolah..
Karena kejadian kemaren, Iid nggak
bisa konsentrasi belajar. Saat gurunya menerangkan pelajaran Iid justru
melamun.
Guru :”Kali ini kita akan membahas tentang Persamaan kuadrat.
(
)2
à
2 à
à
Sekarang kita
coba soal selanjutnya….
Iid….!!! Kenapa
kamu melamun ? Dari tadi kamu tidak memperhatikan apa yang ibu terangkan ya
??!!”
Iid :”Perhatikan kok bu…”
Guru :”Okey… Kalau kamu emang dengerin apa
yang ibu jelaskan tadi, sekarang kamu kerjakan soal yang ada di depan
(Iid tidak bisa
mengerjakan, karena memang sebenarnya dia tadi tidak mendengarkan)
Guru :”Kenapa Iid..?? kamu tidak bisa…???
Sekarang kamu berdiri di luar kelas sampai jam pelajaran iibu selesai…!!!”
Satu bulan kemudian ujian semester
pun dilaksanakan. Ujian itu dilaksanakan selama 2 minggu. Dan selama 2 minggu
itu Karina belajar lebih rajin dari biasanya. Sedangkan Iid, dia tetapbelajar
tapi dia tak bisa meninggalkan novelnya, sesekali dia juga melanutkan karangan
ceritanya. Sampai pengambilan raport pun tiba.
Di
rumah….
Ibu :”Karina… kamu jadi bintang kelas
kan..??”
Karina :”Alhamdulillah bu…”
Ibu :”Gimana dengan kamu Iid..??”
Iid memberikan raport kepada sang
ibu
Ibu :”SEPULUH…!!! Kamu selalu dapat
peringkat sepuluh…!!!”
Iid :”kemaren kan dapat sebelas bu…”
Ibu :”Iya…. Tapi sama saja. Kapan kamu
bisa seperti adikmu..!?!? dia selalu jadi bintang kelas…”
Iid :”Ibu selalu samakan aku dengan
Karina..!!! kenapa sih bu…?!?! Itu namanya nggak adil..!!”
Ibu :”Diam kamu Iid..!!! ini semua pasti
gara-gara kamu sering baca novel dan nggak pernah belajar..!!!!
Iid :”Ibu kok gitu sih…??? Bu… meskipun
aku nggak bisa ninggalin baca novel, tapi aku tahu diri kok.. aku tetep
belajar.”
Ibu :”Kalau kamu emang belajar. Kamu pasti
bisa seperti adikmu..!!”
Iid :”Ibu kok berpikir seperti itu
sih..??? aku kan sudah berusaha semaksimal mungkin bu…”
Ibu :”Sudahlah…!!! Mulai sekarang kamu
nggak boleh baca novel lagi apalagi mengoleksinya. Ibu akan bakar semua novel
kamu..!!”
(Ibu
pergi ke kamar Iid, dan mengambil semua novel-novelnya)
Iid :”Ibu jangan… (sambil memegangi
tangan ibu)
Ibu :”Lepaskan tangan ibu…!!! Novel ini
hanya bikin kamu males..!!!”
Iid :“Jangan bu… Iid mohon jangan bu…”
Ibu :”Sudahlah lepaskan ibu…!!!”
Iid :”Aarrghh…(Iid terjatuhh)”
Karina :”Ibuuuuuuuuuu….!!! Jangan bu…. Karina mohon hentikan (sambil memegangi
bahu iid) tenang mbk…”
Iid :”Ibu jahat….!! Ibu egois….!! Ibu
nggak punya perasaaan..!! Iid benci sama ibu…!!!”
Iid keluar dari kamar dan dia lari
ke luar rumah. Karina mencoba untuk menenangkan ibu. Tapi beberapa menit kemudian, terdengar suara
benturan keras yang sangat keras di seberang jalan. Iid tertabrak mobil. Saat
dia lari ke luar rumah.
Tetangga :”Bu Iiz… Bu Iiz… (sambil gedor-gedor
pintu) anak anda tertabrak mobil…”
Karina :”Apa…!!! Dimana mbak…???”
Tetangga :”Itu di luar….. cepat sebelum
terlambat…!!!!”
Karina :”Bu…. Mbk Iid bu….”
Ibu :”Iid…. Iid…. Ayo kita ke
luar..!! (bergegas ke luar bersama)
Di tempat
kecelakaan…
Ibu :”Iid…. Iid…. Bangun nak….
Maafkan ibu……”
Karina :”Tenang bu…. Tenang…. Lebih baik
kita bawa mbak Iid ke rumah sakit segera.”
Iid di bawa ke rumah sakit dengan
menggunakan mobil yang telah menabraknya. Dan ketika di rumah sakit. Iid juga
belum sadar, keadaannya kritis. 1 minggu pun telah berlalu tapi Iid belum juga
sadar.
Di
rumah……
Karina sedih melihat keadaan
kakaknya. Dia masuk ke kamar Iid. Dan tak sengaja menemukan buku yang ada di
atas meja belajarnya. Dan ternyata buku itu adalah karangan Iid tentang
perjalanan kehidupannya. 2 hari Karina membaca buku itu. Karina terharu dan bangga
saat selesai membacanya.
Karina :”Buku ini bagus. Aku nggak
nyangka kalau mbak Iid benar-benar ingin menjadi penulis yang terkenal. Aku
harus membantunya untuk mewujudkan mimpi mbak Iid.”
Karina
menelpon kenalannya yang menjadi seorang penerbit.
Karina :”Halo… kak ini Karina. Kakak bisa
kan ketemu Karina sekarang. Okey…. Karina tunggu di tempat biasa nanti sore.”
Di
restoran x3 dekat perpustaan kota
Afif :”Hai Karina.. ada apa..??”
Karina :”Hai kak… oh ya kakak bisa bantu
aku nggak??”
Afif :”Kalau aku bisa kenapa
nggak…”
Karina :”Gini kak ada karangan buku yang
sangat bagus sekali… ini karangan kakakku yang sekarang lagi di rumah sakit…
jka kakak berkenan.. kaka bisa nggak nerbitin buku ini..??”
(Afif
memperhatikan buku yang diberikan Karina kepadanya)
Afif :”Okey… tapi beri aku waktu
untuk baca buku ini dulu ya.. besok aku kabari lagi..”
Karina :”Okey kak… Makasih ya..”
Esok hari….
Kring-kring…. Hp
Karina berbunyi..
Karina :”Kak Afif… (melihat ponselnya) Assalamu’alaikum...(mengangkat telfon)
Afif :”Wa’alaikumsalam..”
Karina :”Gimana kak??”
Afif :”Kabar baik rin.. buku yang
kamu berikan kemaren bagus banget. Banyak yang suka. Dan rencananya kita siap
untuk menerbitkan.”
Karina :”Oh ya..?? kakak nggak beranda
kan..”
Afif :”Enggak… aku serius..”
Karina :”Waw…!!! Makasih ya kak… makasih
banget..”
Afif :”Okey… senang bisa beerja
sama dengan kamu.”
Karina :”Makasih kak. Assalamu’alaium.”
Afif :”Wa’alaiumsalam.”
Di rumah sakit Iid masih belum
sadar. Kata dokter ada gangguan yang cukup serius di kepalanya. Dan itu yang
membuat dia belum juga sadar. 3 kali operasi dilakukan, belum juga membuahkan
hasil. Sampai akhirnay dokter menyatakan bahwa hidup Iid sekarang tergantungbdengan alat. Ibu,
ayah dan Karina sangat sedih sekali. Mereka masih berharap aka nada keajaiban
pada Iid.
Satu
bulan kemudian…
Kring…..Kring…..
(hp Karina berbunyi)
Karina :”Kak Afif.. (melihat ponselnya) Assalamu’alaikum..”
Afif :”Wa’alaikumsalam..”
Karina :”Ada apa kak..?
Afif :”Hai rin.. maaf jika aku
harus menyamaikan kabar ini lewat telfon. Dan maaf jika aku baru bisa
menyampaikan sekarang.”
Karina :”Sebenarnya ada apa sih kak ?”
Afif :”Kamu tahu aku sekarang ada
dimana ?”
Karina :”Enggak… emangnya dimana ?”
Afif :”Aku sekarang ada di
Australia..”
Karina :”Oh ya ? Eh… tapi apa hubungannya
kak sama aku ??”
Afif :”Jelas ada hubungannya..”
Karina :”Apa ?”
Afif :”Kemaren aku datang ke
undangan pernikahan temanku yang ada di Australia.”
Karina :”Terus…?????” (Karina tak sabar)
Afif :”Terus….. Aku dapat kabar,
ternyata buku yang kamu berikan beberapa minggu yang lalu sangat diminati oleh
masyarakat. Dan 2 hari lagi penulis buku akan diundang untuk penerimaan penghargaan Jurnalistic International
di Australia.
Karina :”Hah…!?!?!?!? Kak nggak bohong
kan ???”
Afif :”Enggak rin… kapan sih aku
pernah bohong sama kamu.”
Karina :”Jadi yang aku denger tadi
beneran kak…???”
Afif :”IYA KARINA….”
Karina :”Yeeeeeeeeee…. Makasih ya kak…”
Afif :”Iya sama-sama… Eh…maaf… by
the way gimana kabar kakakmu ??”
Karina :”Mbak Iid masih belum sadar kak,
Ini sudah Hari yang ke 45 mbak Iid juga belum sadar.”
Afif :”Maaf ya rin… Okeylah nanti
bisa diatur penerimaan penghargaannya.”
Karina :”Makasih ya kak..”
Afif :”Iya… Salam ya buat Ibu dan Ayah kamu. Dan semoga
kakmu cepat sembuh.”
Karina :”Iya kak makasih..
assalamu’alaikum…”
Afif :”Wa’alaikumsalam..”
Karina
menghampiri Ayah dan Ibu yang ada di kamar Iid…
Karina :”Ayah…Ibu…. Karina punya kabar
baik…”
Ayah :”Kabar apa Karina ?”
Karina :”Anak yang selama ini ibu pikir
nggak bisa berprestasi. Ternyata dia mampu bu..”
Ibu :”Apa maksudmu Karina?”
Karina :”Mbak Iid bu.. buku yang kemaren
Karina ceritakan sama Ibu. Ternyata sangat diminati oleh banyak masyarakat. Dan
2 hari lagi penulis buku akan mendapatkan penghargaan Jurnalistic International
di Australia.”
Ibu :”Benarkah Karina ? (ibu menangis… menangis terharu atas
kebanggan untuk anaknya yag sekarang berbaring di atas kasur)
Ayah mendekati
Iid… dan membisikkan kalimat…
Ayah :”Ayah yakin kamu bisa Iid..”
Tak lama kemudian jari tangan dan
kaki Iid mulai bergerak. Dan secara perlahan pun akhirnya mata Iid pun terbuka.
Karina :”Mbak Iid…. Mbak Iid…. Sudah
sadar… Bu…Mbak Iid sudah sadar bu….”
Ibu :”(tangis ibu terhenti, dan
perlahan mendekati Iid) I…i…d… i..i..d.. kamu sudah sadar nak…”
Iid :”B..u.. yah.. I..i..d
di..ma..na.. (terbata-bata) ?”
Ayah :”Kamu sekarang di Rumah sakit
Iid. Sudah 45 hari kamu belm sadar dari masa kritis.”
Ibu :”Iid maafkan ibu untuk semua
sikap ibu selama ini… yang melarang kamu untuk mengoleksi atau membaca novel.
Ibu berjanji.. Mulai sekarang kamu berhak untuk membaca ataupun mengoleksi
navel sebanyak yang kamu suka.”
Iid :”Enggak bu… Iid yang
harusnya minta maaf samaibu.. Iid belum bisa banggain ibu…”
Karina :”Enggak mbak… mbak Iid udah
berhasil banggain kita semua. Buku yang selama ini mbk tulis, Karina kirm pada
penerbit dan hasilnya banyak masyarakat yang minat dengan novel mbak.. besok
lusa.. mbak akan diundang untuk menerima penghargaan di Australia..”
Iid :”Benarkah itu rin…?
(Karina
menganggukkan kepala, Ibu pun ikut menganggukkan kepala. Dan ayah kembali
mengucapkan kalimat yang tadi…)
0 komentar:
Posting Komentar